Pengertian Discovery Learning
Metode
penemuan adalah terjemahan dari discovery.
Menurut Sund discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses
mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu
konsep misalnya konsep nasionalis, demokrasi dan sebagainya, sedang yang
dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah logam apabila dipanaskan akan
mengembang. Dalam metode ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr.
J. Richard dan asistennya mencoba self-learning
siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari
situasi teacher learning menjadi
situasi student dominated learning.
Dengan menggunakan discovery learning,
ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba
sendiri. Agar siswa dapat belajar sendiri.
Penggunaan
metode discovery ini berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka metode ini
memiliki keuntungan sebagai berikut:
1.Metode
ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan.
2.Siswa
memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat
kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa.
3.Metode
ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kernampuannya masing-masing.
4.Mampu
mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.
5.Membantu
siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
penemuan sendiri.
Herman
Hudojo (2003: 123) berpendapat bahwa metode Discovery
Learning (penemuan) merupakan suatu cara penyampaian topik-topik,
sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola
atau struktur-struktur melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar
lampau. Keterangan-keterangan yang harus dipelajari itu tidak disajikan di dalam
bentuk akhir, siswa diwajibkan melakukan aktivitas mental sebelum keterangan
yang dipelajari itu dapat dipahami. Dalam penyampaian materi pengajaran siswa
tidak diberitahukan sebelumnya sehingga sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri.
Menurut
Johnson (Soemanto, 2003: 228) discovery learning adalah usaha untuk
memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam. Thorset, Petter (2002)
mengungkapkan discovery learning is a learning situation in which the 9 principal
content of what is to be learned is not given but must be independently
discovered by the student (metode penemuan adalah situasi pembelajaran yang
pada prinsipnya siswa tidak diberi pengetahuan akan tetapi siswa harus
menemukan sendiri hal yang baru).
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode discovery sengaja
dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi
pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan instruksional. Dengan demikian metode discovery berorientasi pada
proses dan hasil secara bersama-sama. Kegiatan pembelajaran semacam ini
menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya berperan sebagai
fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran. Proses pembelajaran yang
demikian membawa dampak positif pada pengembangan kreativitas berpikir siswa.
Menurut
Joyce & Weil (1992: 199) keuntungan metode penemuan adalah akan membantu
siswa mengembangkan disiplin intelektual dan kebutuhan keterampilan untuk
membangkitkan rasa ingin tahu dan mencari jawaban dari keingintahuannya.
Trowbridge & Bybee (1990: 212) membagi metode penemuan menjadi 2 jenis
yaitu: (1) penemuan terbimbing (guided inquiry); (2) penemuan bebas (free
inquiry). Dalam penemuan terbimbing, guru menyediakan data dan siswa diberi
pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka mencari jawaban, kesimpulan
generalisasi dan solusi. Pada penemuan bebas murid merencanakan solusi,
mengumpulkan data dan selebihnya sama dengan penemuan terbimbing.
Bruner
beranggapan bahwa model belajar penemuan (Discovery Learning) sesuai dengan hakiki manusia yang
mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari pengetahuan secara aktif, memecahkan
masalah dan informasi yang diperolehnya, serta akhirnya akan mendapatkan
pengetahuan yang bermakna. Model belajar penemuan dapat dipandang sebagai suatu
belajar yang terjadi apabila siswa tidak diberikan dengan konsep atau teori,
melainkan siswa sendiri yang harus mengelola dan melakukan penemuan sehingga
dapat menemukan konsep atau teori itu.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Discovery
Learning
Dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan, keterlibatan guru jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa seorang guru terbebas dari pemberian bimbingan kepada siswa saat
siswa diberikan masalah yang harus dipecahkan. Bruner memberikan tiga ciri
utama pembelajaran penemuan, yaitu sebagai berikut :
- Keterlibatan siswa dalam proses belajar.
- Peran guru adalah sebagai seorang penujuk (guide)
dan pengarah bagi siswanya yang mencari informasi. Jadi, guru bukan
sebagai penyampai informasi.
- Umumnya dalam proses pembelajaran digunakan
barang-barang nyata.
Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan
penemuan, yakni sebagai berikut:
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa
partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar
menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab
yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk
cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
mneggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa
keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.
6.
Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam
situasi belajar yang baru.
Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery
Learning
Dalam
pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa strategi,
strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Strategi Induktif. Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus
dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat
digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil
kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan strategi induktif ini selalu
mengandung resiko, apakah kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya
kesimpulan yang ditemukan dengan strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan
perkataan “barangkali” atau “mungkin”.
2.
Strategi deduktif. Metode
deduktif memegang peranan penting dalam hal pembuktian. Karena berisi
argumentasi deduktif yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang
peranan penting dalam pengajaran. Dari konsep yang bersifat umum yang sudah
diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep
lain yang belum diketahui sebelumnya.
No comments:
Write komentar